Menggali Keteladanan Intelektual dan Spiritual Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Opening Aktifitas Ma’had Aly Pesantren Maslakul Huda fi Ushul Al-Fiqh

Pada tanggal 29 April 2025, Ma’had Aly Pesantren Maslakul Huda secara resmi membuka tahun akademik 2025/2026 dengan menggelar Pembacaan Manaqib Syekh Abdul Qadir Al-Jailani. Acara yang bertempat di Auditorium Yayasan Pesantren Maslakul Huda ini tidak sekadar menjadi rutinitas pembukaan akademik, tetapi juga momen reflektif untuk meneladani figur agung dalam khazanah keislaman.

Dalam sambutan singkatnya, Musaid Mudir Ma’had Aly, K. MA. Abdullah Haris menyoroti pentingnya memahami sosok Syekh Abdul Qadir Al-Jailani secara utuh. Beliau mengkritisi kecenderungan sebagian umat Islam yang hanya mengenal Syekh Abdul Qadir sebagai tokoh sufi besar, Sulthan Al-Auliya’, tanpa mengetahui sisi keilmuan beliau yang begitu mendalam. Padahal, dalam kitab manaqib tercatat bahwa Syekh Abdul Qadir Al-Jailani adalah seorang ulama besar yang menguasai tidak kurang dari 13 disiplin ilmu meliputi ilmu syariat, ilmu zhahir, ilmu hakikat, hingga ilmu astronomi.

Lebih dari itu, warisan keilmuan beliau terwujud dalam lebih dari 100 karya tulis yang tersebar dalam berbagai cabang keilmuan. Fakta ini menunjukkan bahwa kedekatan spiritual dengan Allah tidak bisa dilepaskan dari kedalaman dan keluasan ilmu. Kealiman menjadi pintu bagi seseorang untuk mencapai derajat kedekatan dengan Tuhan, bukan sekadar status atau gelar keulamaan.

Dalam konteks pendidikan tinggi keislaman, pesan yang disampaikan oleh Kiai Haris tersebut menjadi pengingat penting bahwa tujuan utama dalam menuntut ilmu bukanlah demi gelar akademik semata, melainkan sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memberi kemanfaatan bagi kehidupan dunia dan akhirat. Ilmu menjadi sarana untuk membangun kualitas diri dan berkontribusi nyata kepada masyarakat.

Melalui acara ini, Ma’had Aly Pesantren Maslakul Huda kembali menegaskan posisinya sebagai lembaga pendidikan yang tidak hanya mendalami aspek keilmuan secara formal, tetapi juga mengakar pada nilai-nilai spiritual dan keteladanan para ulama klasik. Figur seperti Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menjadi model ideal dalam menyinergikan kedalaman ilmu dan ketajaman spiritualitas dalam proses pendidikan.